Selasa, 29 Maret 2011

Pemetaan Bisnis Proses Psikoterapi Dalam Design Awal Sistem Informasi

Tahap tahap yang dilakukan terhadap klien pada design awal sistem informasi bisnis proses dalam bidang psikologi dan psikoterapi adalah Pendekatan Rapport, Menggali informasi, Menentukan therapi, Melaksanakan therapi, Evaluasi

© Kasus Pertama : Phobia Hewan (zoophobia) – Ulat bulu

a. Pendekatan rapport
Terapis berusaha untuk membuat klien nyaman dengan memulai pertanyaan-pertanyaan luas dan umum seperti menanyai nama klien, kondisi klien saat itu apakah klien dalam kondisi dengan kesehatan yang baik atau tidak ataupun pertanyaan tentang minat atau hobi klien. Klien juga diberi bahan-bahan bacaan seperti komik dan novel agar tidak membuat klien menjadi jenuh.

b. Menggali informasi subjek
Kemudian terapis melanjutkan pertanyaan tentang alasan klien menemui terapis. Jika klien telah mengemukakan bahwa ia takut akan ulat bulu, maka terapis dapat memulai pertanyaan-pertanyaan terbuka secara mendalam tentang rasa takut yang dihadapinya yang tersusun dalam pedoman wawancara serta recorder untuk merekam informasi yang dikatakan subjek, seperti menanyakan salah satunya, “bagaimana perasaan kamu ketika di depan kamu ada ulat bulu, apa yang akan kamu lakukan?”.

c. Menentukan therapi
Berdasarkan informasi yang didapatkan dari klien tentang rasa takutnya terhadap ulat bulu. Maka klien dapat di kategoriknan bahwa ia mengalami Zoophobia, dimana ketika klien menghadapi stimulus (ulat bulu) ia akan menyadari bahwa ketakutannya tidak rasional, tetapi ia tetap merasakan bahwa munculnya kecemasan hanya dapat diredakan apabila ia dapat menghindarnya. Maka dalam kasus ini, klien dapat dibantu melalui Prosedur Desentisasi Sistematis yang didahului dengan Hierarki Kecemasan.

d. Melaksanakan therapi
Terapis membutuhkan ruangan yang nyaman dan tidak bising. Kemudian terapis membantu klien menyusun suatu hierarki dari mendengar cerita mengenai ulat bulu (ringan) sampai dengan ketika klien menghadapi ulat bulu tersebut (berat). Maka setelah hierarki tersusun, prosedur desentisasi dimulai. Klien duduk dengan mata tertutup di kursi yang nyaman dengan terapis menguraikan situasi yang tidak membuatnya begitu mencemaskan. Jika klien dapat membayangkan dirinya berada dalam situasi tersebut tanpa adanya ketegangan otot yang meningkat, terapis akan melanjutkan hal atau situasi lain yang sudah tersusun dalm hierarki. Jika klien mengalami kecemasan pada saat membayangkan suatu situasi dengan tingkat tertentu, maka klien dilatih untuk mengkonsentrasikan pada situasi rileks, sehingga dengan melakukannya berkali-kali kecemasan klien akan dapat dinetralkan.

e. Ealuasi
Evaluasi dilakukan ketika tahap pelaksanaan terapi berakhir. Maka terapis dapat mengutarakan kepada klien melalui record yang telah dicatat sebelumnya oleh terapis mengenai kemajuan apa saja yang klien telah capai dan hal apa saja yang harus diperbaiki klien.
Evaluasi dilakukan dalam tahapan yang sistematis, seperti berikut :
* Harapan awal dari terapi yaitu klien tidak merasakan ketakutan yang irasional terhadap ulat bulu
* Saat terapi dilakukan, klien mengalami kecemasan ketika mencapai tahap tertentu, terapis mencoba memperhadapkan klien dengan ulat bulu. Maka terapis berusaha membuat klien berkonsentrasi pada situasi rileks, sehingga kecemasan klien netral.
* Setelah terapi berakhir, maka klien diharapkan untuk dapat menyesuaikan dirinya di luar situasi terapi dan klien dapat menaklukan rasa takutnya pada ulat bulu.

© Kasus Kedua : Anoreksia Nervousa (Gangguan makan untuk menjadi kurus)

a. Pendekatan rapport
Pertama–tama klien diajak oleh terapis berbincang-bincang tentang perjalanannya sampai bisa tiba di biro psikologi. Misalnya dengan bertanya: “Bagaimana perjalanan Anda? Apakah menyenangkan? Tadi kena macet ga?”

b. Menggali informasi subjek
Terapis melanjutkan pertanyaan tentang alasan klien menemui terapis. Jika klien telah mengemukakan bahwa ia mengalami gangguan makan yang berlebihan karena ingin tetap langsing dan seksi namun ia setelah makan langsung memuntahkannnya kembali agar badannya tetap langsing, maka terapis dapat memulai pertanyaan-pertanyaan terbuka secara mendalam tentang anoreksia nervousa yang dihadapinya dan tersusun dalam pedoman wawancara serta recorder untuk merekam informasi yang dikatakan klien, seperti menanyakan salah satunya, “bagaimana saat kamu menahan lapar atau sengaja memuntahkan makanan agar tubuh kamu tetap kurus?”.

c. Menentukan terapi
Untuk kasus anoreksia nervousa ini, terapi yang cocok untuk klien adalah:
* Psikoterapi suportif-ekspresif dinamik yaitu salah satu bentuk terapi dimana klien di support untuk lebih mencintai tubuh aslinya dan lebih ke arah meyakinkan klien untuk tetap berada atau lebih menerima tubuh aslinya.
* Terapi strategi kognitif dan interpersonal digunakan untuk menggali masalah lain yang berhubungan dengan gangguan.
* Terapi keluarga digunakan untuk memeriksa interaksi di antara keluarga dan kemungkinan tujuan sekunder dari gangguan tersebut bagi klien.

d. Melaksanakan terapi
Terapi dapat dilaksanakan di biro layanan psikologi dalam hal ini biro layanan psikologi yang mempunyai dokter ahli untuk menangani hal terapi dan dapat juga dilaksanakan di rumah klien (terapi keluarga).

e. Evaluasi
Evaluasi dilakukan setiap terapi telah dilakukan. Evaluasi sangat penting dalam mengetahui kemajuan dari terapi yang telah dilaksanakan oleh klien dan untuk kelanjutan terapi nantinya bila masih diperlukan.

© Kasus Ketiga : Gangguan Depresi

a. Pendekatan rapport
terapis membangun Rapport yaitu teknik yang bertujuan untuk membuat pendekatan dan hubungan yang baik dengan klien agar selama proses terapi dapat berlangsung dengan lancar. Mengawali percakapan “ Ada yang bisa saya bantu?” Memperkenalkan diri, Basa – basi awal, bisa dengan menanyakan identitas, kabar, Mempersiapkan aturan main (peran, kerahasiaan, waktu dan tujuan pertemuan) serta mengemukakan apa yang akan terjadi selama terapi berlangsung, aturan-aturan yang akan dilakukan terapi dan diharapkan dari klien, kontrak terapeutik (tujuan, harapan, kapan, dimana, lama, keterbatasan, dll).

b. Menggali informasi subjek
Berdasarkan Rapport akan diketahui apa yang menjadi masalah klien, klien menceritakan masalah (ada komitmen untuk mengkomunikasikan). Kemudian terapis berusaha untuk menggali informasi dari klien mengenai gangguan yang dialaminya melalui metode wawancara dan observasi dengan menggunakan alat perekam, dapat berupa voice recorder ataupun video camera recorder. Identifikasi masalah merupakan upaya menentukan inti dari masalah yang dihadapi oleh klien. Mengadakan pendataan masalah dan mencari tahu latar belakang terjadinya masalah. Tanyakan semua berdasarkan kacamata klien, terutama alasan yang membuat klien mendatangi terapis. Terapis menanyakan mengenai apa yang menjadi penyebab atau melatarbelakangi gangguan itu, sejak kapan klien merasa dia telah mengalami gangguan tersebut, sampai sejauh mana gangguan itu dirasakan oleh klien, dan apa yang dilakukan oleh klien saat mengalami situasi tersebut. Dalam identifikasi masalah kita berusaha memahami apa yang dialami klien dan mencari kesulitan masalah yang dihadapi klien. Kemudian identifikasi tersebut digunakan sebagai dasar untuk menegakkan diagnosa atau mengambil kesimpulan untuk menentukan jenis terapi yang tepat.

c. Menentukan terapi
Depresi adalah suatu kondisi yang lebih dari suatu keadaan sedih, bila kondisi depresi seseorang sampai menyebabkan terganggunya aktivitas sosial sehari-harinya maka hal itu disebut sebagai suatu Gangguan Depresi. Beberapa gejala Gangguan Depresi adalah perasaan sedih, rasa lelah yang berlebihan setelah aktivitas rutin yang biasa, hilang minat dan semangat, malas beraktivitas, dan gangguan pola tidur. Depresi merupakan salah satu penyebab utama kejadian bunuh diri. Depresi terjadi akibat pikiran negatif yang muncul secara konstan. Pikiran-pikiran ini muncul secara otomatis. Artinya, pikiran ini muncul tanpa didasari usaha yang dilakukan secara sadar.
Berdasarkan informasi yang telah didapatkan mengenai Depresi, terapi yang dapat digunakan untuk menangani gangguan ini, yaitu dengan terapi kognitif. Dalam terapi tersebut, klien belajar bagaimana cara menyadari dan memperbaiki pikiran-pikiran negatif yang otomatis ini. Seiring waktu, klien akan bisa menemukan dan memperbaiki keyakinan-keyakin salah yang memicu depresinya.

d. Melaksanakan terapi
Terapi dengan menggunakan terapi kognitif dilakukan dengan berbagai tahapan. Dalam terapi ini, klien akan diajak untuk memecahkan masalah-masalah menjadi beberapa bagian seperti yang disebutkan di atas. Sekali klien bisa memecahkan masalah menjadi bagian-bagian tersebut, maka masalah yang kelihatannya begitu kuat tanpa pemecahan akan bisa ditangani.
Sepanjang mengikuti terapi, terapis akan mengajarkan dan mengenalkan kepada klien alat-alat yang digunakan dalam terapi. Kemudian, diantara sesi, klien akan diminta mengerjakan tugas tertentu. Tugas ini akan membantu klien mempelajari cara menggunakan peralatan dalam memecahkan masalah tertentu dalam kehidupan. Klien akan membuat perubahan kecil dalam hal pola pikir dan tingkah laku mereka setiap hari. Kemudian, seiring waktu, perubahan-perubahan kecil ini akan memicu perbaikan mood dan penampilan yang akan bertahan selamanya.

e. Evaluasi
Tahap evaluasi mencoba memberi interpretasi atas informasi yang diperoleh sebagai bahan untuk tahap selanjutnya, yaitu perubahan sikap dan perilaku klien. Evaluasi dapat dilihat berdasarkan record dari klien sebelumnya dan kemajuan apa yang terjadi setelah klien melakukan terapi. Harapan awal : terapi berhasil atau klien dapat menghilangkan depresi. Setelah dilakukan terapi, subjek dapat mengurangi perilaku-perilaku yang menunjukkan tanda-tanda depresi.

Visit to my web all about info mig33 and others on mig-info.us

Selasa, 01 Maret 2011

Peranan Teknologi Informasi Dalam Dunia Profesi Psikologi

Psikologi merupakan ilmu yang mempelajari segala bentuk perilaku manusia dan proses mentalnya, sedangkan psikolog merupakan orang yang membantu mengatasi permasalahan yang berhubungan dengan perilaku manusia berdasarkan teori-teori psikologi yang dipegangnya dan menginterpretasikan hasil dari tes-tes psikologi. Oleh sebab itu, sebagai psikolog, komunikasi merupakan hal yang sangat penting. Selain untuk berinteraksi dengan subjek atau klien, komunikasi pun dalam dunia psikologi dapat memahami perilaku subjek yang tampak.

Teknologi informasi merupakan suatu istilah umum yang menjelaskan teknologi apa pun yang membantu manusia dalam membuat, mengubah, menyimpan, mengomunikasikan dan/atau menyebarkan informasi. Teknologi informasi pun bekerjasama dengan disiplin ilmu lain, dengan teknologi informasi secara psikologis membantu manusia nyaman dalam melakukan pekerjaannya. Teknologi informasi menjadi fokus perhatian untuk menghasilkan informasi yang berkualitas dan membantu manusia dalam aktivitasnya sehingga banyak sarana atau alat-alat yang tercipta untuk kepentingan umum berdasarkan prinsip tersebut, sehingga teknologi informasi sangat bermanfaat bagi semua bidang, termasuk psikologi.

Psikolog dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya erat berhubungan dengan teknologi informasi. Contohnya seperti dalam hal psikolog membutuhkan informasi tentang terapi yang akan digunakan untuk kliennya, selain melalui literatur buku. Psikolog juga dapat men-searching melalui browser sehingga informasi yang dibutuhkan dapat langsung didapatkan, ataupun bergabung dalam forum psikologi untuk saling bertukar pendapat pada para ahli.

Teknologi informasi juga dapat membantu tugas Psikolog dalam pemeriksaan psikologis dan penentuan hasil dari pemeriksaan psikologis. Untuk melihat kecemasan seperti phobia pun dibutuhkan alat-alat dan teknologi seperti alat deteksi jantung. Ada juga alat yang berasal dari ilmu teknologi informasi seperti alat pembaca sidik jari untuk mengetahui pola minat dan bakat anak-anak, sehingga orang tua bisa mengembangan pola minat dan bakat anaknya dengan mengikutkan anaknya pada kursus tertentu.

Jadi dapat disimpulkan bahwa teknologi informasi berhubungan erat dengan dunia profesi psikologi dalam sudut pandang sosial, kedua ilmu tersebut sama-sama membantu manusia dalam kehidupannya. Dalam prakteknya, psikolog pun membutuhkan teknologi informasi dalam profesinya membantu orang.

Selasa, 16 Maret 2010

KERJA DAN KELETIHAN

Konsep tentang Efisiensi Kerja

Prinsip-prinsip yang mendasari efisiensi keerja berlaku bagi setiap situasi yang melibatkan pelaksanaan kerja oleh manusia, entah itu berlangsung di sebuah pabrik, kantor, ruang kelas, rumah, atau lapangan olah raga.
Pada dasarnya,konsep efisiensi ini menunjuk pada perbandingan atau rasio antara masukan (input) dan keluaran (output).

Dalam melakukan suatu pekerjaan, selain mempertimbangkan waktu untuk mengerjakannya, harus dipertimbangkan juga energi yang dikeluarkan oleh seorang pekerja, perasaan-perasaan dalam dirinya yang berhubungan dengan ketegangan dan pengerahan usaha, serta kecemasan-kecemasan yang terus ada dalam dirinya, kewajiban-kewajiban yang sebenarnya tidak disepakatinya, atau berhubungan dengan orang lain yang tidak menyenangkan baginya.

Begitu pula halnya, suatu pengukuran yang komprehensif dan berjangka panjang atas produksi (keluaran) akan mencakup tidak hanya jumlah keluarannya saja, melainkan juga kualitasnya, prestasi kreatif karyawan, kesalahan-keslahan dan pembuangan barang yang rusak, kecelakaan kerja, absensai karyawan, pergantian jabatan atau pekerjaan, keluhan, pemogokan, kondisi fisik dan kesehatan karyawan, serta masih banyak lagi konsekuensi yang secara tidak langsung mempengaruhi pekerjaan itu.

Keletihan

Definisi dan indikator keletihan cukup beraneka.
Kadang kala istilah ini digunakan untuk menunjuk pada rasa payah atau lelah, dalam kesempatan lain menunjuk pada kondisi-kondisi fisiologis sebagai akibat dari aktivitas yang terus-menerus.

Bentuk perasaan letih ini dapat berkisar dari rasa sakit pada otot, rasa kaku atau kejang pada bagian tubuh tertentu, rasa sakit atau nyeri hingga rasa kantuk, kebingungan mental, kekejangan muscular (otot) dan kejenuhan. Seringkali perasaan-perasaan ini sukar dibedakan dari rasa jemu atau kehilangan minat.
Perasaan-perasaan keletihan maupun pengaruh keletihan terhadap output bersifat sangat spesifik bagi tugas yang dilakukan.

Rasa lelah/Fatigue disebabkan : Kerja fisik dan Kerja mental

Timbulnya : Pada waktu kerja dan Sesudah kerja

Kelelahan Mental

Kelelahan mental dapat berakibat pada ketegangan (stress) secara psikologis. Dalam kondisi-kondisi demikian, orang sering mengalami rasa jenuh, capai, atau mengantuk.

Kebosanan dan Kejenuhan

Keletihan tidak lepas dari kebosanan dan kejenuhan.
Sebagaimana halnya dengan rasa letih, kebosanan tetap merupakan pengalaman yang tidak mengenakkan, seringkali dicirikan dengan adanya kesulitan untuk mempetahankan perrhatian yang tetap suatu tugas yang sedang berlangsung.

Jumat, 05 Maret 2010

Antropometri dan hubungan antara Antropometri dan Ergonomi

ANTROPOMETRI

Antropometri berasal dari kata antropo (manusia) dan metri (ukuran). dalam antropologi fisik merujuk pada pengukuran individu manusia untuk mengetahui variasi fisik manusia.

Kini, antropometri berperan penting dalam bidang perancangan industri, perancangan pakaian, ergonomik, dan arsitektur. Dalam bidang-bidang tersebut, data statistik tentang distribusi dimensi tubuh dari suatu populasi diperlukan untuk menghasilkan produk yang optimal. Perubahan dalam gaya kehidupan sehari-hari, nutrisi, dan komposisi etnis dari masyarakat dapat membuat perubahan dalam distribusi ukuran tubuh (misalnya dalam bentuk epidemik kegemukan), dan membuat perlunya penyesuaian berkala dari koleksi data antropometrik.

PSG dengan metode antropometri adalah menjadikan ukuran tubuh manusia sebagai alat menentukan status gizi manusia Konsep dasar yang harus dipahami dalam menggunakan antropometri secara antropometri adalah Konsep Dasar Pertumbuhan
Pertumbuhan secara gamblang dapat diartikan terjadinya perubahan sel tubuh dalam 2 bantuk yaitu 1) pertambahan sel dan 2) pembelahan sel, yang secara akumulasi perjadinya perubahan ukuran tubuh. Jadi pada dasarnya menilai status gizi dengan metode antropometri adalah menilai pertumbuhan. Hanya saja pertumbuhan dalam pengertian pertambahan sel memiliki batas waktu tertentu. Para pakar antropometri sepakat bawah pada umumnya pertumbuhan manusia dalam arti pertambahan sel akan berhenti pada usia 18-20 tahun, walaupun masih ditemukan sebelum 18 pertumbuhan sudah berhenti, dan sebaliknya setelah 20 tahun masih ada kemungkinan pertumbuhan masih berjalan.
Makhluk hidup, termasuk manusia makan untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Kebutuhan tubuh akan makanan dapat dideskripakn dari tri fungsi makanan itu sendiri yaitu :
• Sumber Tenaga
• Pertumbuhan
• Pemeliharaan
Sebagai sumber tenaga adalah karbohidrat, lemak dan protein, dalam urutan yang berbeda sebagai sumber energi. Pembakaran 1 gram karbohidrat menghasikan 4,1 kalori, protein 41 kalori dan lemak 9 kalori per gramnya. Namun lemak bukanlah sumber energi utama oleh karena untuk metabolisme lemak dibutuhkan kalori yang lebih tinggi untuk Specifik Dinamyc Action (SDA)nya.

Sebagai sumber zat pembangun adalah Protein, Lemak dan Karbohidrat. Sedangkan sebagai sumber zat pengatur adalah vitamin dan mineral.
Antropometri dapat dibagi menjadi 2 yaitu,
1. Antropometri Statis (struktural)
Pengukuran manusia pada posisi diam, dan linier pada permukaan tubuh.
1. Antropometri Dinamis (fungsional)
Yang dimaksud dengan antropometri dinamis adalah pengukuran keadaan dan ciri-ciri fisik manusia dalam keadaan bergerak atau memperhatikan gerakan-gerakan yang mungkin terjadi saat pekerja tersebut melaksanakan kegiatannya.
Hal-hal yang mempengaruhi dimensi antropometri manusia adalah sebagai berikut,
• Umur
Ukuran tubuh manusia akan berkembang dari saat lahir sampai sekitar 20 tahun untuk pria dan 17 tahun untuk wanita. Ada kecenderungan berkurang setelah 60 tahun.
• Jenis kelamin
Pria pada umumnya memiliki dimensi tubuh yang lebih besar kecuali bagian dada dan pinggul.
• Rumpun dan Suku Bangsa
• Sosial ekonomi dan konsumsi gizi yang diperoleh
Kondisi ekonomi dan gizi juga berpengaruh terhadap ukuran antropometri meskipun juga bergantung pada kegiatan yang dilakukan.
• Pekerjaan, aktivitas sehari-hari juga berpengaruh
• Kondisi waktu pengukuran



Hubungan Antropometri dengan Ergonomi

• ERGONOMI
Ergonomi : rancangan kerja agar efisien dan efektif
Ergonomi berasal dari bahasa Yunani “ergo” = kerja dan “nomos” = hukum
Ergonomi yaitu disiplin ilmu yang mempelajari manusia dalam kaitannya dengan pekerjaannya, mempelajari sifat, kemampuan dan keterbatasan manusia untuk merancang sistem kerja guna mencapai tujuan yang diinginkan secara efektif, efisien dan aman serta nyaman.

Fokus perhatian ergonomi erat kaitannya dengan aspek-aspek manusia dalam perencanaan dan lingkungan kerja.
Penekanan ergonomi pada penelitian kemampuan keterbatasan manusia baik secara fisik maupun mental, psikologis serta dalam sistem manusia mesin yang integral, yang pada akhirnya rancangan ergonomis akan meningkatkan efisien, produktivitas kerja.
Maksud dan tujuan ergonomi diarahkan pada upaya memperbaiki performance kerja manusia dan mampu memperbaiki pendayagunaan SDM serta meminimalisir kerusakan alat/peralatan yang disebabkan oleh kesalahan manusia (Human Error). Sedangkan pendekatan khusus ergonomi merupakan aplikasi sistematis dari segala informasi yang relevan berkaitan dengan karakteristik dan perilaku manusia dalam perencanaan peralatan, fasilitas dan lingkungan kerja yang dipakai.

Beberapa aspek yang dipertimbangkan dalam perancangan stasiun kerja dalam organisasi antara lain:
1. Sikap dan posisi kerja
2. Antropometri dan dimensi ruang
3. Kondisi kerja
4. Efisiensi ekonomi gerak dan pengaturan fasilitas kerja
5. Energi kerja yang harus dikonsumsi
Analisis dan penelitian ergonomi mencakup :
1.Anatomi, Fisiologi, Antropometri (ukuran tubuh manusia)
2.Psikologi yang fisiologis (otak, peredaran darah), mengenai fungsi otak dan sistem saraf yang berperan dalam tingkah laku manusia.
3.Kondisi kerja yang dapat menciderai baik dalam jangka waktu pendek maupun panjang.

• ANTROPOMETRI
Antropometri berasal dari kata antropo (manusia) dan metri (ukuran). Antropometri yaitu studi yang berkaitan dengan pengukuran tubuh manusia yang akan digunakan sebagai pertimbangan ergonomis dalam memerlukan intraksi manusia. Ukuran yang digunakan yaitu standar rata-rata/kurva normal
Data antropometri diaplikasikan secara luas antara lain dalam perancangan area kerja, perancangan peralatan kerja, perancangan produk konsumtif, dan perancangan lingkungan kerja fisik.

Perancangan suatu produk harus memperhatikan beberapa faktor yang mempengaruhi ukuran tubuh manusia yaitu umur, jenis kelamin, suku/bangsa, posisi tubuh.
Standar cara pengukuran posisi tubuh:
Pengukuran dimensi struktur tubuh (pengukuran dalam dalam berbagai posisi standar dan tidak bergerak seperti berat, tinggi saat duduk/berdiri, ukuran kepala, tinggi, panjang lutut saat berdiri/duduk, panjang lengan, dll.
Pengukuran dimensi fungsional tubuh (pengukuran saat melakukan gerakan tertentu yang berkaitan dengan kegiatan yang harus dilakukan atau dengan kata lain pengukuran dilakukan saat tubuh melakukan gerakan kerja dalam posisi dinamis dan banyak diaplikasikan pada proses perancangan fasilitas/ruang kerja)

Hubungan antara Antropometri dengan Ergonomi diantaranya :
• Dalam perancangan kursi kerja operator di suatu perusahaan sebelumnya harus di lakukan pengukuran terlebih dahulu atau ANTROPOMETRI, seperti pengukuran rata-rata tinggi badan wanita dewasa ketika berdiri dan duduk, tungkai kaki dan tungkai lengan, bahu, leher, dan lingkar kepala. Hal ini dilakukan agar kursi tersebut memenuhi nilai kenyamanan atau ERGONOMI sehingga dapat menunjang pekerjaan sebagai operator menjadi optimal dan terhindar dari cedera.

Kerangka dan Otot Manusia

Kerangka manusia disokong oleh struktur seperti ligamen, tendon, otot, dan organ manusia yang lain.

Sejumlah 206 tulang membentuk sistem kerangka manusia dewasa. Tulang diberi nama menurut tempatnya.

2 bagian sistem kerangka manusia adalah:

1. Kerangka aksial
* Tengkorak
* Tulang punggung
* Sangkar rusuk
2. Kerangka Penyangga
* Lengkungan pektoral
* Lengkungan pelvis
* Tulang-tulang anggota depan
* Tulang-tulang anggota Belakang

Kerangka aksial
Tengkorak

Kerangka atau tulang tengkorak ini melindungi kepala dan organ-organ dalam kepala.

Bagian-bagian tengkorak ialah:

1. Kranium
* Berfungsi untuk melindungi otak.
* Mempunyai 8 keping tulang yang berdiri sendiri dan disambungkan melalui ligamentum (sendi tak bergerak).
2. Orbit
* Berfungsi untuk melindungi kedua bola mata.
3. Tulang hidung
* Berfungsi untuk menyokong jaringan hidung yang lembut.
4. Lubang telinga
* Berfungsi untuk melindungi bagian dalam telinga.
5. Rahang atas (atau maksila)
* Berfungsi menyokong barisan gigi atas.
6. Rahang bawah (atau mandibula)
* Berfungsi menyokong barisan gigi bawah.
* Rahang yang dapat bergerak, yaitu untuk menguyah makanan dan sebagainya.
7. Foramen magnum
* Berfungsi untuk menyambung tengkorak dengan tulang belakang.

Tulang punggung

Tulang-tulang belakang terdiri dari 33 ruas tulang bersendi. Pada setiap ujungnya terbentuk suatu turus yang dapat luntur.

Kolumna vertebralis berfungsi untuk melindungi medula spinalis yang terletak di bagian tengahnya. Di antara tulang vertebra, terdapat cakera rawan yang bertindak meredam hentakan (daya) dan mengurangi pergeseran saat bergerak.

Bagian kolumna vertebralis ialah:

* 7 vertebra servikalis – Bagian leher
* 12 vertebra torakalis – Bagian dada
* 5 vertebra lumbalis – Bagian pinggang
* 5 vertebra sakrum – Bagian punggung
* 4 vertebra koksigealis – Bagian ujung tulang belakang

Bagian-bagian tulang belakang

1. Sentrum
* Bersifat pejal dan tegar
* Memberi sokongan
* Melawan daya mampatan
2. Arkus
* Merupakan lengkuk saraf
* Terletak pada bagian dorsal sentrum
* Melindungi medula spinalis
3. Foramen vertebrale
* Merupakan saluran rongga kosong
* Berfungsi sebagai tempat bagi medula spinalis
4. Zigapofisis
* Merupakan muka sendi antara 2 vertebra.
* Prezigapofisis mengarah ke atas.
* Postzigapofisis mengarah ke bawah.
5. Cuaran spina
* Berfungsi untuk melekatkan otot
6. Cuaran melintang
* Berfungsi untuk melekatkan otot

Sangkar rusuk

Sangkar rusuk berfungsi untuk melindungi jantung dan paru.

Tulang-tulang yang membentuk sangkar rusuk ialah:

* 12 pasang tulang rusuk bersendi dengan vertebra torakalis dan melengkung ke hadapan.
* 7 pasang tulang rusuk bersendi dengan tulang dada secara berkelanjutan.
* 3 pasang yang lain dihubungkan secara tidak langsung dengan tulang rawan.
* 3 pasang tulang rusuk terakhir tergantung bebas dan tidak dihubungkan kepada sternum.

Kerangka penyangga

Kerangka penyangga bersendi dengan rangka aksial pada bagian bahu dan punggung.
Lengkungan pektoralis

Terdiri daripada 2 tulang yaitu:

1. Tulang selangka
* Berbentuk batang dan melengkung sedikit.
* Bersendi dengan manubrium sterni pada satu ujung dan akromion pada ujung yang lain.
* Berfungsi untuk mengalirkan daya dari lengan ke badan manusia.
2. Tulang belikat
* Berbentuk sekeping tulang pipih yang berupa segitiga.
* Membentuk tonjolan akromion dan korakoid yang merupakan perpanjangan spina skapulae.
* Kavitas glenoidalis (bagian tulang belikat) bersendi dengan kepala tulang lengan atas bagian depan.

Lengkungan pelvis

Terdiri dari 2 tulang kiri dan kanan yang simetris. Tulang-tulang pada kedua bagian ini berikatan antara satu sama lain di simfisis pubis pada bahagian ventral.

Lengkungan ini terbagi atas:

* Ilium yang bersendi dengan tulang kelangka.
* Iskium (atau tulang pelana)
* Pubis (atau tulang ari-ari)

Otot merupakan alat gerak aktif. Pada umumnya hewan mempunyai kemampuan untuk bergerak. Gerakan tersebut disebabkan karena kerja sama antara otot dan tulang. Tulang tidak dapat berfungsi sebagai alat gerak jika tidak digerakan oleh otot. Otot mampu menggerakan tulang karena mempunyai kemampuan berkontraksi.
Kerangka manusia merupakan kerangka dalam, yang tersusun dari tulang keras (osteon) dan tulang rawan (kartilago)

Fungsi kerangka:
1. Untuk menggerakan tubuh serta menentukan bentuk tubuh.
2. Melindungi alat-alat tubuh yang penting dan lemah, misalnya otak, jantung, dll.
3. Tempat melekatnya otot-otot
4. Tempat pembentukan sel darh merah dan sel darah putih
5. Alat gerak pasif

a. Tulang Rawan :
• Tulang rawan hanya mengandung sedikit zat kapur sehingga lunak.
• Tulang rawan terdapat pada bayi, dan bagian-bagian tertentu pada kerangka dewasa.

b. Tulang Keras :
Merupakan bagian utama pada kerangka dewasa. Susunanya terdiri dari sedikit sel-sel, dan matriknya diperkuat dengan zat kapur, sehingga kuat dan keras. Berdasarkan strukturnya, tulang keras dibedakan menjadi tulang kompak(padat) dan tulang spons. Sedangkan berdasarkan bentuknya dibedakan menjadi tulang pipih, tulang pendek, dan tulang panjang.
• Rongga di dalam tulang berisi sumsum tulang ada 2 macam yaitu sumsum kering dan sumsum merah.
• Pertumbuhan tulang terjadi pada tulang rawan embrional dan kemudian pada cakra epifise.

Persendian
Persendian adalah hubungan antara dua tulang atau lebih.

Persendian dibedakan menjadi 2 yaitu:
● 1. Hubungan Sinartrosis
• Sinkondrosis : antara tulang dihubungkan melalui tulang rawan sehingga memungkinkan sedikit gerak akibat elastisitas tulang rawan.
Contoh :
hubungan tulang rusuk dengan tulang dada.
Hubungan ruas-ruas tulang belakang.
• Sinfibrosis : kedua ujung tulang dihubungkan dengan jaringan ikat fibrosis yang pada akhirnya mengalami penulangan dan tidak memungkinkan adanya gerak.
Contoh :
Hubungan antar tulang-tulang tengkorak

● 2. Hubungan Diartrosis
Hubungan antar tulang ini memunkinkan terjadinya gerak karena pada ujung-ujung tulang terdapat lapisan tulang rawan hyalin, yang dilumasi dengan cairan synovial, meliputi :
• Sendi Engsel, terdapat pada hubungan antara :
o ruas-ruas jari
o siku
o lutut

• Sendi Putar, terdapat pada hubungan antara :
o tulang hasta dengan pengumpil
o tulang kepala dengan tulang atlas

• Sendi Pelana, terdapat pada hubungan antara :
o Ruas-ruas jari dengan telapak kaki

• Sendi Peluru, terdapat pada hubungan antara :
o tulang lengan dengan gelang bahu
o tulang paha dengan gelang panggul

• Sendi Kaku, terdapat pada hubungan antara :
o tulang-tulang pergelangan tangan
o tulang-tulang pergelangan kaki

Kelainan Pada Tulang
*-Kelainan tulang karena kebiasaan yang salah :
• Lordosis, tulang punggung yang terlalu bengkok ke depan
• Kiposis, tulang punggung yang terlalu bengkok ke belakang
• Skoliosis, tulang punggung yang bengkok ke kiri atau ke kanan

*-Kelainan tulang karena kekurangan gizi
• Kekurangan zat gizi seperti vitamin D, zat kapur, dan fosfor, dapat menimbulkan gangguan proses pembentukan tulang.

*-Fraktura (patah tulang)
*-Fisura (retak tulang)
*-Arthritis (radang sendi)
*-Memar

Sistem Otot
● Jenis-jenis Otot
• Otot Polos
• Otot Lurik/otot rangka
• Otot Jantung (miokardium)

● Cara Kerja Otot
Dengan adanya protein khusus aktin dan miosin, otot bekerja dengan memendek (berkontraksi) dan mengendur (relaksasi)

Cara kerja otot dapat dibedakan :
• Secara antagonis atau berlawanan; yaitu cara kerja dari dua otot yang satu berkontraksi dan yang lain relaksasi.
Contoh: Otot trisep dan bisep pada lengan atas.

• Secara sinergis atau bersamaan; yaitu cara kerja dari dua otot atau lebih yang sama berkontraksi dan sama-sama berelaksasi.
Contoh : – otot-otot pronator yang terletak pada lengan bawah
- otot-otot dada
- otot-otot perut

Senin, 04 Januari 2010

Pencegahan Ketidakpuasan Kerja

Oleh SATRIA.P.R
Masalah-masalah yang sering dihadapi karyawan antara lain ketidakpuasan kerja dan motivasi kerja. Kedua faktor itu berhubungan antara lain dengan gaya kepemimpinan manajer, manajemen kompensasi, manajemen karir, dan intensitas hubungan vertikal dan horisontal. Dengan demikian masalah yang dihadapi karyawan disini lebih ditekankan pada faktor penyebab eksternal dirinya. Artinya kalau faktor-faktor eksternal tadi tidak diperbaiki maka kepuasan kerja dan motivasi kerja akan rendah dan akan mempengaruhi kinerja karyawan. Pada gilirannya akan memengaruhi kinerja perusahaan.
Sementara itu karyawan bermasalah dapat diindikasikan antara lain sebagai sifat atau perilaku malas, komitmen kurang, emosional, kedisiplinan tidak terkendali, kerap bolos kerja, dan egoistis dalam bekerjasama. Ciri bekerja dan kinerjanya adalah sangat marjinal, asal-asalan, dan kurang toleran dengan lingkungan. Perilaku tersebut lebih berkait dengan faktor internal ketimbang eksternal. Faktor internal karyawan meliputi faktor-faktor pendidikan, usia, pengalaman kerja, sikap, dan ketrampilan. Namun demikian lemahnya manajemen kontrol, kurangnya pelatihan dan pengembangan, tidak adilnya manajemen kompensasi dan karir, rendahnya mutu hubungan horisontal dan vertikal dapat mendorong terjadinya perilaku negatif dari karyawan seperti itu.
Baik masalah karyawan dan karyawan bermasalah akan dapat menimbulkan masalah perusahaan yang kronis dan menimbulkan ongkos mahal. Ujungnya adalah keuntungan perusahaan yang menurun. Bayangkan misalnya perusahaan harus menanggung beban kalau produktivitas menurun akibat potensi karyawan yang rendah. Begitu juga kalau perusahaan harus menghentikan program produksinya karena banyak karyawan yang malas dan tidak disiplin. Selain itu bisa menimbulkan kegagalan pendistribusian barang ke pasar dan ketidakpuasan konsumen dan pelanggan.
Pendekatan-pendekatan umum dari sistem manajemen, sebagai berikut:
1) mengadakan pengkajian mendalam apa saja faktor-faktor eksternal karyawan yang memengaruhi kepuasan kerja, motivasi kerja, dan kinerja.
2) melakukan kajian kekuatan dan kelemahan perusahaan dilihat dari penerapan sistem manajemen sumberdaya manusia kaitannya dengan strategi bisnis termasuk dalam hal analisis pekerjaan dan beban kerja karyawan.
3) melakukan perbaikan fungsi-fungsi SDM mulai dari fungsi rekrutmen dan seleksi karyawan, program orientasi, manajemen pelatihan dan pengembangan, penempatan karyawan, manajemen kompensasi, dan manajemen karir.
4) mengefektifkan keterkaitan strategi bisnis secara sinergis dengan strategi-strategi lainnya seperti strategi SDM, strategi finansial, strategi produksi, strategi pemasaran, dan strategi informasi sebagai suatu kesatuan yang utuh.
5) melakukan reposisi gaya kepemimpinan yang dinilai tepat diterapkan di perusahaan.
Sementara itu strategi yang dapat dilakukan dalam menghadapi karyawan bermasalah antara lain dengan pendekatan – pendekatan umum :
1) mengidentifikasi faktor-faktor utama yang memengaruhi terjadinya karyawan bermasalah misalnya terhadap karyawan yang malas, tidak disiplin, sangat sensitif, temparamental, dan sangat egoistis.
2) melakukan sosialisasi dan internalisasi budaya organisasi atau korporat, budaya kerja, dan budaya mutu kerja secara intensif; kalau diperlukan diperlukan tindakan penegakan kedisiplian dan koreksi yang bergantung pada derajad masalahnya.
3) melakukan pelatihan dan pengembangan khususnya yang menyangkut softskills disertai dengan bimbingan dan konseling kepada karyawan khususnya oleh manajer dan karyawan senior yang berwibawa.
4) menerapkan sistem imbalan yang menarik kepada karyawan berprestasi dan hukuman kepada yang berkinerja dibawah standar secara obyektif, tegas dan tidak diskriminasi.
5) mengembangkan sistem umpan balik tentang proses dan kinerja perusahaan berikut masalah-masalah yang dihadapi perusahaan dan karyawan dalam membangun suasana pembelajaran yang dinamis dan merata di semua karyawan, baik dilakukan secara formal maupun informal.
6) mengembangkan tim kerja yang solid dan dinamis dengan kepemimpinan yang berorientasi membangun motivasi dan transformasional.
Fenomena masalah karyawan dan karyawan bermasalah merupakan hal yang rutin terjadi di suatu perusahaan. Yang berbeda cuma derajad dan frekuensinya saja. Mulai dari kondisi yang ringan sampai yang parah. Karena itu pendekatannya pun ada yang dengan menggunakan jalur keorganisasian berupa penyusunan strategi dan kebijakan SDM yang baru dan ada yang hanya dilakukan dengan pendekatan personal. Namun apapun derajadnya, mengatasi masalah karyawan dan karyawan harus segera diatasi sebelum benar-benar merugikan perusahaan dan karyawan itu sendiri. Meningkatnya Ketidakpuasan Kerja Greenberg dan Baron (2003:159) memberikan saran untuk mencegah ketidakpuasan dan meningkatkan kepuasan dengan cara sebagai berikut :
1) membuat pekerjaan yang menyenangkan, bisa dimulai dengan mencari pekerjaan yang memang sesuai dengan minat dan keahlian kita, sebidang dengan apa yang menjadi minat dan bisa menjadi motivasi tersendiri dalam pelaksanaan pekerjaan tersebut.
2) mengadakan program yang mendukung, perusahaan mengadakan program-program yang dirasakan dapat meningkatkan kepuasan kerja para karyawan, seperti; health center, profit sharing, employee sponsored child care.

Ketidakpuasan Kerja

Oleh : SATRIA.P.R
Dalam suatu perusahaan terdapat, seorang karyawan yang mengalami ketidakpuasan kerja. Padahal dia sudah memiliki kemampuan dan keahlian yang baik yang ia miliki untuk melaksanakan pekerjaannya dengan maksimal dan baik, tetapi karyawan ini sering merasakan tidak nyaman dalam mengerjakan tugas-tugas di kantornya. Dia sering kesulitan apabila mengerjakan tugas kantornya pada saat dia berada di kantor. Padahal apabila ia mengerjakan tugas kantornya di rumah, dia akan merasa lebih nyaman. Bahkan dia bisa mengerjakan tugas-tugasnya dengan baik dan tidak membutuhkan waktu yang lama untuk menyelesaikannya. Ternyata ia mendapatkan lingkungan pekerjaan yang tidak bisa membuatnya nyaman. Lingkungan kerjanya terlalu bising dan memiliki lingkungan yang kurang baik untuk suatu kantor yang dapat membuat karyawannya nyaman.
Hal tersebut membuktikan bahwa faktor ekstrinsik juga dapat mempengaruhi seorang karyawan dalam mendapatkan kepuasan kerja atau ketidakpuasan kerja.
Ciri-ciri intrinsik pekerjaan:
1. Keragaman Keterampilan,
2. Jati Diri Tugas,
3. Tugas yang Penting,
4. Otonomi, dan
5. Pemberian Balikan pada Pekerjaan.
Ciri-ciri ekstrinsik dalam pekerjaan:
1. Gaji/Penghasilan,
2. Imbalan yang Dirasakan Adil ( Equitable Reward)
3. Penyeliaan.
4. Rekan-rekan Sejawat yang Menunjang.
5. Kondisi Kerja yang Menunjang.
Hal-hal tersebut dapat menyebabkan ketidakpuasan dalam bekerja apabila seorang karayawan tidak mendapatkan kenyamanan atau kecocokkan diantara ciri-ciri intrinsik dengan ekstrinsik. Kedua ciri itu saling berkaitan jadi keduanya harus memiliki keseimbangan agar seorang tidak mengalami ketidakpuasan dalam bekerja.